Rabu, 25 April 2012

Filsafat Cinta


Filsafat Cinta & Renungan Asmara
By,
Dheden BoztOm
Gerimis bulan ini menepis semua desis manis sang putri cinta, ” monis”, yah, itulah kesaharianya dipanggil, nama yang sesuai denga dialektis termat manis yang keluar dari bibir tipis sang gadis.
Usia belia kian menampampakan raut – raut kepekaan ,ketertarikan akan hidup yang kian semerawut. Sudah enggan mata tersayat kenikamtaan sesaat, sorotan matanya mulai terbata-bata dalam mengartikan arti cinta, apakah anda pernah jatuh cinta , begitulah yang ia rasakan, sosok tokoh dalam novel yang kian kelam akan petualang cinta dimasa belia. “ monis “ gadis manis keturunan prancis.
Kehidupan sang dara cantik cukup unik, inilah yang menginspirasi seorang penulis yang baru pertama kali mencoba terjun dalam dunia per novelan, dengan niat sederhana menyalurkan hobi.
Memasuki tahun 2011, bulan September genap lah sudah 18 tahun usia sang gadis, baru melewati masa-masa indah di Masa SMA, dan kini sudah duduk manis dibangku kuliah, yah..anak kuliahan nich …. !! minggu pertama dalam rona kehidupan yang baru, nampaknya membawa banyak perubahan dalam diri sang gadis, perubahan yang wajar bagi remaja seumurannya. Rutinitas, aktifitas, fleksibilitas terkadang membuat hidupnya menjadi sosok remaja yang tumbuh dalam sebuah kecendrungan indigonitas” anak indigo”
Dalam kisah fiksi ini, ia menceritakan kehidpanya dengan seorang peria, yang pada akhirnya menjadi kekasih hatinya.
Bulan November , bulan puber , ke sekian kalinya dalam petualangan terutama tentang cinta yang kian rentan akan kenistaan. Dipenghujung senja ,  langkah kaki mulai menapaki bibir beruduri,  menghilangkan rona indah dalam jengkal demi hasta ,sang nirwana cinta. Libido asamara memaksa ia menjalin cinta dengan seorang lelaki, sebut saja namnya “ Antara” lelaki separuh baya, mapan akan harta keturunan sunda transisi belanda.
Lelaki yang mampu memenuhi kebutuhan hidupnya, dan keyakinan  setiap wanita sangat mendambakan sosok lelaki seperti ini. Lumayan kaya, meskipun aura cinta belum tampak jelas dan teriris di senyum si “monis “
Kebersamaan mereka kian erat, hari demi minggu terasa sejengkal dalam perjalanan kisah mereka, rasa jenuh belum sempat menghampiri meskipun rentan usia begitu jauh, Kehangatan itu kian merajut, menyusut, dan mengkerut dalam sebuah ruangan kecil, dimalam itu, saksi nyala Tv yang sudah membisu, nyala lilin, tiupan korden jendela, serta rinai hujan dimalam ini, , tak ku sanggup menuturkan kisah demi kisah yang begitu cepat, ough..kuasa Nafsu begitu meraja disela-sela dedaunan rindang melebab sayau merdu kuncup merindu bulan ke sepuluh tahun ini.
Tanggal 8 bulan ini, mengawali kisah, resah, keluh nan kesah, semu terhempas ,memeras nafas, terjungkil menggigil bak Cleopatra sang dewi sinta, menaklukan angkara murka di masa remaja yang buta dalam pandangan sang khiang di kahyangan.  Sentuhan manja, dawaian asmara, buwaian hela, tak jarang mengejutkan dan merubah pandang diatas ranjang.
“Antara  : apa yang engkau rasakan sayang. …
Monis   : aku hanya bisa merasakan, memori-memori indah hingga kini,  yang   menunjang kecantikan, yang kamu manjakan selama perjalanan ,hanya terasa sekarang, bahkan 10 atau 20 tahun lagi, entah rasa ini masih ada atau musnah, aku hanya bisa menikmati, kebebasan financial yang aku dambakan .red “ dalam hati sang gadis “ si monis” berdesah sesak, tumpukan rasa sesal.
Antara   : kenapa bibir mu, tak mampu berucap dengan kata-kata ku tadi ?
Monis      : bagaimana aku bisa berucap, “ apakah kamu tidak memperhatikan mulutku, mulai tertutup, lidahku terasa asin,
Antara   : air mata, mu, tidak selamnya menjadikan tanda,
Monis   : tanda apa maksud mu ka ?,sambil telapak tangan kirinya sesekali mengusap tetesan demi  deraian air matanya. “ ucapanya  mulai, terbata-bata .” sadar akan mahkota cinta yang hilang dalam renggutan harta cinta, jauh dari rasa cinta.
Suara telfon santer terdengar, dan memutuskan Dialog mereka malam itu. Dari kejauhan tampak jelas, black bary Gemini, milik monis meraung minta diangkat, nampaknya ada panggilan masuk.
Seketika monis berbaring dan melepaskan selimut putih, dan menyingkirkan dekapan antara ,
“ bunda “ , incoming call “.
Monis : iya bun..
Bun     : nis,,ibu mau bilang satu hal sama kamu.
Monis  : apa bu >>
Bun     : ibu mau menimang cucu, cepet-cepet lulus ya nak, (ucapan sang bunda merubah suasana raut monis waktu itu)
Monis  : merasa lega, dan pikiran akan keperwanan sudah mulai tersingkir dari pikir nya.
“cinta tidak tumbuh sekarang, mungkin nafsu akan bisa menumbuhkan cinta “ dialog    dirinya dengan hati dan proses  yang ia alami hari ini.
***************
Pagi mulai menyongsong , terlihat dilorong-lorong jendela rumah antara, penjaja kaki lima mulai mencari nafkah dalam barokah hidupnya. Monis yang lugu, gadis manis blasteran perancis  “Seigneur, ne me laisse pas pleurer,  vie vraiment méprisables que leurs . ( google translet aja ).
Keluhan hati keluar lagi, sebagai sauatu biografi sang gadis yang memang dibesarkan dalam keluarga keturunan filsuf, nenek, dan kakenya diperancis, jadi kesaharianya banyak menggunakan pikiran, pertanyaan ,ketimbang membuktikan secara hati dalam sebuah keyakinan, itulah sisi kejiwaan si monis .
Senin, 1 november, pukul 08 : 25 WIB, Langkah kaki monis mulai menjadi saksi rutinitas keseharianya, berprofesi sebagai mahasisiwa di Perguruan tinggi swasta di Mataram (NTB).  Dengan baju dalam merah dirompi hem kerah berwarna putih lorek-lorek , celana jeans kantong kecil , sepatu merah , sangat klop sekali dengan muka yang blasteran , semua mata akan betah melirik kecantikanya, hanya kedipan yang belum mampu terpancar dari laki-laki yang asik duduk digerbang kampusnya pagi itu.
Laki-laki yang lumayan dewasa dan cukup berumur, dia adalah «  pak Udin » dosen filsafat, sekaligus ketua jurusan dikampus si monis.
Monis : aslamualikum pak,, ?
Udin : selamat pagi juga nis, sesekali tampak tangan kanan pak Udin keluar masuk saku celana kananya
Monis : «  dasar dosen aneh, di sapa pake salam islam dijawab salam universal .
Suasana perkuliahan pagi ini .
Langkah kaki pak udin menuju gedung tua G 015, tempat perkuliahan setudi filsafat dasar yang akan disampaikan hari ini.
Materi hari ini , hari sebelumnya, tidak begitu sulit masuk ke pikiran sang gadis, nampaknya ilmu pak narto sudah dipelajari sejak kecil oleh monis.
Materi kuliah hari ini, sejarah perkembangan filsafat dalam konteks pemahaman ilmu – ilmu sosial, materi pemblajaran pagi itu dimulai dengan perkenalan tokoh-tokoh filsuf dunia , baik barat, timur dan selatan, mulai dari palto, aris toteles, budha Gautama dan lain-lain. Perkuliahan tiga sks buat monis teramat membosankan, sembari membuka inbok , BBM-an sama antara, sampai browsing istilah-istilah kuno yang lagi digemari , mecari arti kata-kata jaman yunani, romawi, renaisane sampai moderen adalah kehausan tersendiri yang sejak kecil digemari monis, wajar saja ketika ia berbicara di forum diskusi kelasnya, tidak jarang yang bisa memahami perkatannya, ( iseng-iseng ) sahabat penanya , sebut saja namanya Ayu, gadis gadis asal indramayu, yang lumayan unyu-unyu :
Ayu : kenapa si lu, kalau ngomong gak kira-kira, gak karuan , lama-lama kayak orang kesurupan.
monis : maksud lu apa yu ?, sesekali pandangan mereka mengarah ke papan tulis, dan memperhatikan celotehan pak udin
ayu : kamu sering banget,menyebutkan istilah doktrinasi,dogma, aksioma, logika, ontologis, episitimologis, dialektis, skeptis,pokonya yang berbau-bau is dech..!! menyeru-nyeru kudu menggunakan logika,segala.
Monis : berbau-bau gimana si yu, mulut lu tu yang bau, belum gosok gigi yah, bau rokok tau ?
Ayu : ha ha ha … ., ini mah kado cowok gua nis, makanya bau rokok.
Monis : pasti kamu ciumanya , kelamaan yah tadi pagi, sampai-sampai asap rokok dilidah cwok mu nempel kayak gitu,
Ayu: udah tau naya, sok, filsuf kamu nis, kerjaanya, bertanya terus. “ entar kemakan omongan sendiri loh kamu, “ skeptis kaaannn” .. gini-gini aku ngerti filsafat dikit nis, ujar ayu, sambil mencubit pantat , monis.
Dua stengah jam menduduki bangku kuliah, saatnya melepas keluh dan kesah , gerbang timur sasaran langkah kaki monis, sembari mengayunkan tanganya melihat arloji kesayanganya, menuju sedan merah ,yang dua bulan terakhir setia menunggunya, ,
————————————-
Eksibisionis , bagian ke- dua
red # 1
Dua setengah jam menduduki bangku kuliah, saatnya melepas keluh dan kesah , gerbang timur sasaran langkah kaki monis, sembari mengayunkan tanganya melihat arloji kesayanganya, menuju sedan merah ,yang dua bulan terakhir setia menunggunya, ,
Nampaknya awan, sinar, angin bersahabat, rambut lembat, langkah tersekat kilat tidak menghampiri suasana sore itu. Lirikan antara mengisaratkan kekasih hatinya untuk memasuki mobil dan bibirnya mulai bergerak denga isyarat-isyarat larat , semkain merapatkan hasrat ingin mengulangi sentuhan tempo kemarin.
Mobil Antara melaju kencang menju suatu tempat, yang sengaja tidak pernah  diinformasikan sebelumnya, meskipun beberapa pertanyaan keluar manis dari bibir monis. diam dan menunjukan tindakan, nampaknya strategi antara hari ini, untuk meraup rasa sayang monis yang kian sinis.
Malam mulai datang, senja sudah pulang, sepanjang perjalanan tampak wanita-wanita jalang yang mulai terpampang, singgah di lesehan samping bandara seleparang sembari melanjtukan petualangan menelusuri klub-klub malam, tersirat lokasi tujuan kencan mereka malam ini. dengan sedikit perbaikan kostum, monis yang mulai hobi modis, lingkungan kelap-kelip tampak dari sorotan upuk mata sang gadis.

Romantisme malam , lampu pijar adalah saksi bisu ” kumpulan eksibisionis” yang kian sadis.
Bersetubuh Baju seadanya, celana ala kadarnya, menyelimuti tubuh indah si monis, nampaknya dia mulai belajar menghargai lingkungan. Jiwa eksibiionis pada remaja terutama seorang wanita tidak bisa dipungkir akan menjelma menjadi sebuah bumerang yang siap menyerang kapan saja, namun bagi peribadi seorang gadis ini,  Inilah pelajran yang ia petik dari kisah malam ini. Mskipun hidupnya terbiasa di gurun, namun dengan gampangnya dia berfotosintesa ke daerah pantai.
Tiga bulan menjalin hubungan dengan Antara, psikologis monis mulai merambat ke arah tata busana yang ia kenakan, mulai bangga apabila benda-benda indah pada tubuhnya mulai dinikmati oleh lawan jenisnya. Tanpa ia sadari, ternyata itu adalah hasil pantulan silau, yang mampu meredupkan mata batinya. Malam mulai larut, pengunjung club mulai ramai, disuasana menyongsong pagi kelopak mata pasangan kekasih yang dimabuk cinta mulai mengetuk ingin merapat dalam sebuah hibernasi yang manusiawai. Red,
Dalam kisah yang ke dua ini, penulis akan memaparkan tahap perkembangan manusia, yang mulai jungkir balik dengan definisi ke adaan yang mulai mematikan logika dan membutkan panca indra.
Sirne , jam mungil, pagi ini teramat mengusik dan menghilangkan kenikmatan istirahat ke dua pasangan ini.( monis dan antara) Pukul 09: 50 Wib. memaksa klopak matanya terbuka, membuang jauh rasa, yang nempel dikepala, yang semula terasa terikat batu dan baja. 25 menit dikamar mandi , bayang cermin disebelah kiri, kecantikan pagi ini, makin berseri, langkah kaki menuju alamari, Mulai dengan memilih warna baju,celana , ukuran. Nampaknya semua warna cocok sekali dengan paras manja monis.
Antara: dengan rona wajah yang rada kucel, dengan selimut masih menempel di tubuhnya, Nis, hati-hati dijalan ya ..? dengan nada yang rada samar-samar menegur kekasihnya.
Monis : terdiam ! dan langsung membawa sepatunya keluar dari kamar, sadar bahwa pagi ini antara tidak bisa mengantarnya ke kampus. Tiba disebuah gang kecil, tempat biasa monis menunggu ojek,pagi ini.
Pak. Parmin adalah lelaki yang masih muda, gagah perkasa, namun sayang nasibnya tidak setampan parasnya. Beprofesi sebagai ojek  yang setia nongkrong di pertigaan jalan kecil 100 Meter dari rumah monis.
Disebuah ruangan ketika antara masih lelap dalam tidurnya, kekasih hatinya mulai sibuk mencari tumpangan menuju kampus pagi ini. Dengan motor merek grenn keluaran tahun 80-an, tampilan pak parmin sedikit elegan, pagi non, “ ia menyapa monis” . 20 menit ya pak ? sebuah target yang diberikan untuk grenn pak parmin oleh monis dalam perjalananan menuju kampus.
“Visualisasi fisik monis hari ini “
Dandanan agak terkesan pulgar, belahan dada sedikit terpaparkan, bentuk tubuh kelihatan jelas, penuh hiasan badan, minim atribut kain namun kaya jiwa eksibisionis. Semua remaja pasti menginginkan keelokan tubuhnya disanjung semua lelaki, adalah sebuah hal yang lumrah dalam prinsip eksibisionis yang melanda si moni, sebaliknya lelaki juga demikian., Sesekali tak apalah menggunakan gaun minim seperti ini. bukankah Tuhan menyukai yang Indah-indah, tapi apakah termasuk keindahan tubuh saya. “Tanya monis dalam hatinya”.Disela-sela perjalanan, dialog singkat dengan tukang ojek nampkanya memukul telinga sang gadis, Nis, sahut pak parmin .. . sambil melirik kesebelah kanan atas lampu merah yang menunjukan angka 30, iya pak, jawab sang gadis. Kamu mau kekampus atau kehotel, ? Emang kenapa pak ..!!
Owh, gpp … . dandanan kamu membuat saya ingin bertanya ,Wajarlah, bapak berarti masih normal ?, Ya iyalah,, saya kan masih kepala 3 nis,
Emang lelaki kepalanya 3 ya pak ?Dengan muka rada-rada OON, pak. Parmin mulai menalar perkataan monis …!!
Suara kelakson mobil dibelakang santer terdengar, belum sempat menjawab, perjalanan sudah dilanjutkan kembali. Suasana perkuliahan masih sama seperti hari kemarin, rasa bosen masih menghampiri, langkah kaki mulai memasuki gerbang kampus, Susana masih seperti taun 80-an, dari kejauhan Nampak beberapa orang yang menunggu perkuliahan selanjutnya, dan banyak yang sibuk dengan urusannya masing-masing.
Bagian ke 3 “dialog singkat dengan buku harian”
Siang di depan kantin bu.siti
Udara siang ini cukup panas, hujan bulan desember tak kunjung turun, diakhir tahun ini kisah cinta putri asmara mulai memasuki masa suram, dengan beberapa masalah yang timbul dalam dirinya, bukan masalah yang timbul dari kekasihnya, teman kuliahnya bahkan lingkungnya, narasi diatas akan mengisi lembar demi lembar sebuah fiksi ini.
Raja siang mulai merangsang cucran keringat para buruh bangunan yang jelas tampak disekitar kantin buk.siti, yang tidak bisa lepas dari pandangan sang gadis,
Monis: jus melon buk …
Buk.siti : siap nis
monis : sembari memindahkan arah korsi tempat duduknya menghadap ke selatan, pas dengan arah pondasi bangunan yang sedang dikerjakan oleh buruh-buruh bangunan siang ini, gerak demi gerak memulai aktifitas siang monis, dari kejauhan tampak ia mulai membuka buku kecil, dan mencoret-coret bagian luarnya .
dalam buku harianya si monis lebih leluasa mencurahkan apa yang ia rasakan,
mualialah kebiasaan masa kecil itu dimulai, red
inilah isi buku harian monis siang ini…..

Mataram, 12 desember 2010
by : Monis
kumulai sandarkan beribu harap dalam sebuah rasa
memikul satu beban yang tak mungkin aku hempaskan
beban itu terasa nikmat dan sarat akan ketidakberdayaanku
mataku mulai sayup melihat tetesan keringat membasahi wajahku
keringat penuh tanggung jawab,
keringat penuh harapan,
hembusan nafas yang merasakan pahit dan getirnya kehidupan
inilah kebuasan raja siang yang kurasakan,
namun….
Ketika tiba ratu malam,
Keringat penuh paksaan,
Keringat penuh kenikmatan,
Hembusan nafas yang tidak pernah lelah dari tanggung jawab kehidupan mulai kurasakan
Terkadang cucuran keringat sama derasnya dengan kucuran derai air mata
Perlahan ku usap dengan selimut lembut nan tebal
Ku coba tegar, karena ku sadar perjalanan masa depanku adalah mimpi hidupku
Kini aku hanya bisa membasahi bibir kecilku dengan jus melon special dari buk,siti.
Dialog buk.siti dengan monis
Nis..ni jusnya silahkan diminum, sembari lirikan mata buk.siti melirik tajam kearah tarian tangan monis yang merambat ditengah kertas putih buku harianya.
Eh..makasi bu, kalau ibu mau menulis buku harian jugam nih ada kertas kosong “ sahut si monis”
Dengan raut wajah malu-malu buk.siti berbalik badan menuju dapur warungnya.
Satu, dua, tiga sampai beberapa kali, buku harian siang ini dipandang dan dirasakan kebenaranya oleh monis. Kegelisahan mulai meracuni pikiranya, menyiksa otak dan memeras tenaganya.
Suara sepatu dari belakang korsi tempat duduk monis terdengar, tok..tok..tok..namun suara itu dihiraukan olehnya, seketika ayunan tangan gempal dan lebar menepuk pundaknya.
“Kaget dan merapikan buku harian” adalah ekspresi monis ketika itu.
Ternyata tepukan itu berasal dari dosenya sendiri “pak Udin”
Eh bapak, sahut si monis
Nis, sudahlah kehidupan tidak perlu disesalkan, jiwa kamu terlallu muda untuk meratapinya jika sampai waktunya kamu akan tahu, bahwa semua itu hanyalah sebuah energi yang merusak batin kamu.
Ekspesi heran terlihat jelas dari raut muka sang gadis, dalam hatinya” siall..ni dosen tau aja apa yang saya rasakan. Tapi tak apalah, raut wajah dan pandangan ku memang ,menampakkan aku menyembunyikan sebuah masalah kehidupan jadi wajar dia paham. Eh..ia pak, biasa anak muda, sambil berdiri dan merogok saku celanaya , nih bu 5.000 pas kan bu, sambil tanganya mengarah meja tempat buk.siti duduk, ia nis memang segini harganya kan ?? lain kali mampir sama si itu ya nis “ sahut buk siti, dengan nada sedikit kencang mengarah pada monis yang sedang balik berjalan menuju sebuah jalan setapak disamping kantin buk.siti.

                                                                                                         Oleh : 
                                                                                                                   Dheden boztOm




1 komentar:

  1. yah ,, yg bener aja ni.
    itu pengarangnya sampean ya ?
    makasi dah udah mau copas tulisan saya,,,

    makasi juga sudah mengganti nama pengarangnya,
    Moga bermanfaat,

    BalasHapus